Bangladesh mengumumkan dua kesepakatan energi besar pada hari Rabu, dengan total investasi $5,8 miliar, dua diantaranya melibatkan perusahaan Amerika, General Electric.
Hampir 30 persen penduduk Bangladesh tidak memiliki akses terhadap listrik. Negara ini bergantung pada sumber daya gas untuk 70 persen produksi energinya, namun seiring dengan meningkatnya permintaan, pasokannya sulit untuk mengimbanginya dan negara ini kini menjadi importir LNG.
Salah satu usaha patungan yang diluncurkan pada hari Rabu adalah kemitraan antara General Electric AS, Mitsubishi Corporation Jepang, dan perusahaan swasta lokal Summit. Mereka akan mendirikan dan menginvestasikan $3 miliar pada pembangkit listrik termal berkapasitas 2.400 megawatt (MW) serta terminal minyak dan LNG terkait, kata perusahaan tersebut.
Summit, akan memiliki 55 persen saham dalam usaha patungan tersebut, sementara Mitsubishi akan mengambil 25 persen dan GE 20 persen.
“Dalam kemitraan dengan Summit Power, teknologi HA (turbin gas) kami memungkinkan tingkat efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memperkuat pembangkit listrik Bangladesh,” Russell Stokes, presiden dan CEO GE Power, mengatakan pada penandatanganan kesepakatan di Dhaka.
Proyek ini melibatkan empat unit pembangkit listrik tenaga panas masing-masing 600 MW, terminal gas alam cair (LNG) berkapasitas 380,000 meter kubik, dan terminal minyak dengan kapasitas 100,000 metrik ton.
Ketiga perusahaan menandatangani nota kesepahaman (MOU) pada hari Rabu.
Muhammad Aziz Khan, ketua Summit Group, mengatakan rencananya proyek tersebut akan diluncurkan tahun depan dan selesai pada tahun 2023.
“Proyek ini akan menggunakan teknologi paling efisien dan ramah lingkungan di dunia,” katanya.
“Kami telah bergabung dalam perjanjian tripartit ini dengan pengalaman terluas di bidang infrastruktur dan energi,” kata Tetsuji Nakagawa, wakil presiden senior Mitsubishi.
Kemudian pada hari yang sama General Electric dan Badan Pengembangan Tenaga Listrik Bangladesh (BPDB) yang dikelola negara mengumumkan usaha lain untuk memproduksi listrik sebesar 3.600 megawatt.
Saiful Hasan Chowdhury, direktur BPDB mengatakan bahwa perusahaan patungan akan membangun pembangkit listrik siklus gabungan berbasis LNG ke gas berkapasitas 3.600 MW dan terminal impor LNG terkait serta infrastruktur terkait.
“Ini akan menelan biaya $2,8 miliar dan BPDB sebagai mitra utama akan berinvestasi 51 persen, sedangkan GE akan berinvestasi 30 persen dan sisanya 19 persen akan diinvestasikan oleh mitra strategis,” ujarnya.
“Selama bertahun-tahun, GE telah menunjukkan kemauan yang kuat untuk bermitra dengan sektor swasta dan publik di Bangladesh untuk meningkatkan pembangkit listrik,” kata Duta Besar AS untuk Bangladesh Marcia Bernicat pada acara penandatanganan.
Dia mengatakan bahwa Amerika Serikat, sebagai investor asing langsung dan pasar ekspor terbesar Bangladesh, tetap berkomitmen untuk membangun hubungan komersial yang kuat dengan Bangladesh.